Assalamualaikum... Selamat Datang di SD NEGERI 3 KARANG ENDAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG. >>> Telah Dibuka Penerimaan Murid Baru (PMB) SD NEGERI 3 KARANG ENDAH Tahun Pelajaran 2025/2026 dan Dapatkan Diskon Potongan 10% Seragam Olah Raga. Jangan Sampai Terlewatkan Ya Buruan Daftar!!!

"Jadwal Ajaib Naufal" oleh Akwa Nur Aisyah Menang di FLS3N 2025

 


Kamis, 19 Juni 2025. Akwa Nur Aisyah siswi kelas 4 SD Negeri 3 Karang Endah, berhasil meraih Juara 2 dalam Lomba Menulis Cerita pada ajang Festival Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tahun 2025 tingkat kecamatan Terbanggi Besar, yang diselenggarakan di SD Negeri 3 Karang Endah pada tanggal 14 Mei 2025.

Cerita Pendeknya yang berjudul "Jadwal Ajaib Naufal" mengisahkan tetang kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari Naufal dari 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang penuh dengan keajaiban. Ceritanya memikat para juri dan dinilai layak mendapatkan penghargaan sebagai Juara 2 dalam kategori Menulis Cerita FLS3N Tahun 2025 tingkat kecamatan Terbanggi Besar.

Ibu Lidya Kartika sebagai guru pembimbing Akwa Nur Aisyah menyampaikan bahwa Akwa memiliki bakat yang sangat luar biasa dalam menulis cerita yang kreatif dan orisinal. Berdasarkan kelebihannya tersebut, Akwa akhirnya terpilih untuk mewakili SD Negeri 3 Karang Endah di ajang FLS3N tahun 2025. Walaupun belum memperoleh hasil yang diinginkan yaitu Juara 1 tetapi dalam hal ini penuh disyukuri oleh seluruh pihak khususnya Akwa sendiri agar hasil kali ini dapat menjadi acuan untuk lebih baik lagi pada ajang FLS3N Tahun 2026. 

Selamat kepada Akwa Nur Aisyah atas pencapaiannya yang sangal luar biasa ini!!! Teruslah berkreasi dan tetaplah termotivasi saat melangkah ketahap berikutnya demi masa depan dan harapan yang cerah.!!! Berikut adalah karya Cerita Pendek dari Akwa Nur Aisyah :

Jadwal Ajaib Naufal - Karya Akwa Nur Aisyah

Namaku Naufal, aku duduk di kelas empat SD. Aku bukan anak yang rajin. Aku sering bangun kesiangan, suka makan mie instan, main HP terus. Karena itu ibu sering memarahiku dan aku sering dapat nilai jelek.

Suatu hari, saat sedang membersihkan laci meja belajar. Aku menemukan selembar kertas aneh. Kertas itu berwarna biru terang dan ada tulisan tangan diatasnya. “Jadwal Ajaib Naufal-Cobalah jalani tujuh hari ini dengan tujuh kebiasaan baik, hidupmu akan berubah.” Aku penasaran. Diatas kertas itu ada daftar kebiasaan:

  1. Bangun pagi
  2. Beribadah
  3. Berolahraga
  4. Makan sehat dan bergizi
  5. Gemar belajar
  6. Bermasyarakat
  7. Tidur cepat

Aku berpikir, “Ah,palingan cuma jadwal biasa.” Tapi aku juga penasaran, jadi aku mencoba mulai besok. 

Hari pertama, aku memasang alarm jam lima pagi. Alarmnya berbunyi keras sekali sehingga membuatku kaget. Aku bangun dengan malas. Tapi saat aku lihat keluar jendela, matahari belum muncul. Aku senang sekali karena biasanya aku bangun jam tujuh pagi.

Hari kedua, setelah bangun pagi. Aku cuci muka dan mengambil wudhu, aku shalat subuh dengan tenang. Biasanya aku hanya shalat kalau disuruh ibu. Tapi pagi itu aku shalat sendiri. Rasanya damai dan tenang.

Hari ketiga, aku mencoba olahraga pagi. Aku hanya lari-lari kecil di halaman rumah, aku juga push-up lima kali. Walau ngos-ngosan, setelah olahraga badanku terasa lebih segar dan semangatku jadi lebih tinggi.

Hari keempat, Aku sarapan pagi dengan roti gandum dan telur rebus, siangnya aku makan sayur bayam dan buah apel. Ibu senang sekali melihatku makan semua itu dengan lahap. “Kamu mulai makan sehat sekarang.” Tanya ibu sambil tersenyum. “Iya, bu. Mau coba kebiasaan baru.” Jawabku.

Hari kelima, setelah pulang sekolah aku tidak langsung main HP. Aku duduk di meja belajar dan membaca buku IPA. aku bahkan mengerjakan PR tanpa disuruh. Saat malam, aku belajar lagi  sebentar sebelum tidur. Rasanya menyenangkan bisa paham pelajaran sendiri.

Hari keenam, aku melihat tetangga sedang menyapu halaman depan rumahnya. Aku mendekat dan berkata, “Boleh saya bantu, bu?” Tetanggaku kaget tapi senang. “Boleh sekali, naufal. Terima kasih ya.” Aku bantu menyapu dan mengobrol dengan beliau. Rasanya hangat di dada.

Hari ketujuh, aku mematikan HP jam delapan malam. Aku cuci kaki, sikat gigi, dan langsung tidur. Biasanya aku tidur jam sebelas malam karena main game. Tapi malam itu aku tidur lebih awal. Besoknya aku bangun lebih segar dari biasanya.

Setelah tujuh hari menjalani semua kebiasaan baik itu. Aku merasa hidupku berubah. Aku jadi lebih sehat, lebih semangat sekolah, dan lebih disayang ibu. Nilai-nilai ku juga mulai naik. Kertas biru itu masih kusimpan di dalam laci. Tapi sekarang aku tidak membutuhkannya lagi, karena semua kebiasaan itu sudah menjadi bagian dari hidupku.

Minggu berikutnya, aku tetap bangun pagi, rajin belajar, dan tidur tepat waktu. Semua teman-teman di sekolah mulai ikut meniru. Ternyata, hidup lebih bahagia ketika kita mempunyai kebiasaan baik. Sampai minggu berikutnya, aku tetap menjalankan semua kebiasaan itu. Tapi ternyata, tidak selalu mudah.

Suatu hari, hujan turun sangat deras. Aku malas bangun, selimutku hangat dan aku ingin tidur lagi, tapi aku ingat kata-kata di kertas itu, “Hidupmu akan berubah.” Aku memaksa diri untuk bangun. Aku berjalan pelan ke kamar mandi. Airnya dingin, tapi aku tetap cuci muka dan shalat subuh. Setelah itu aku tidak tidur lagi, aku duduk di ruang tamu dan membaca buku cerita sambil mendengar suara hujan. Rasanya tenang.

Hari itu juga aku tidak sempat olahraga, hujan terus turun. Tapi aku tetap dirumah membantu ibu membereskan rumah. Aku menyapu ruang tamu dan menata buku di rak. Ibu tersenyum bangga padaku. “Akhir-akhir ini kamu rajin sekali, nak.” Kata ibu sambil tersenyum padaku. Aku jadi senang mendengarnya. Dulu ibu sering memarahi aku, tapi sekarang aku malah sering dipuji.

Besoknya di sekolah, guru memberi tahu bahwa akan ada lomba cerdas cermat antar sekolah. Bu Nita, Wali kelasku. Menunjukku sebagai salah satu siswa yang mewakili sekolah. Aku kaget tapi senang. “Saya, bu?” Lalu bu Nita menjawab. “Iya, kamu. Karena belakangan ini kamu kelihatan semangat belajar dan nilai-nilai mu mulai meningkat.”

Aku gugup tapi juga bangga. Setelah itu aku mulai belajar lebih giat lagi. Sepulang sekolah aku tidak langsung bermain. Aku buka buku dan belajar bersama teman sekelompokku. Kami latihan menjawab soal dan saling membantu.

Satu hari sebelum lomba, aku tidur lebih awal supaya besok tidak ngantuk. Aku tidak main HP sama sekali. Rasanya sulit, tapi aku tahu itu demi hal yang lebih penting. Hari lomba pun tiba. jantungku berdebar, Tapi aku tetap tenang. Aku ingat semua yang aku pelajari. Saat lomba dimulai, aku dapat menjawab soal dengan benar. Tim dari sekolah kami menang juara satu. Bu Nita dan teman-teman memberi ku selamat. Aku tidak percaya aku yang dulu malas dan sering dimarahi. Sekarang bisa ikut lomba dan menang. Sorenya , aku pulang dengan senyum lebar. Ibu memelukku erat. “Ibu bangga sekali sama kamu, nak.” katanya.

Aku merasa hangat di dada. Semua ini terjadi karena aku mulai mengubah kebiasaan ku. Ternyata, semua kebiasaan itu benar-benar membuat hidupku lebih menyenangkan. Sejak itu aku mulai menempelkan salinan kertas itu di dinding kamarku. Tapi kali ini aku menambahkan satu kalimat lagi di bawahnya: “Lakukan dengan hati yang senang!” Karena aku belajar, kebiasaan baik bukan cuma dilakukan karena terpaksa. Tapi karena kita tahu itu baik untuk kita, dan kita ingin jadi anak yang lebih baik. Beberapa teman di sekolah mulai bertanya padaku.

“Naufal kok kamu sekarang rajin banget sih?” Tanya Fahri teman sebangkuku. Aku hanya tersenyum. “Ikut jadwal ajaib” jawabku sambil tertawa.

Sejak itu aku mulai mengajak teman-teman membuat jadwal harian mereka. Aku bantu mereka menulis kebiasaan masing-masing. Bahkan kami membuat kelompok kecil bernama “Tim ajaib” ada yang sebelumnya susah bangun pagi, sekarang bisa bangun jam lima. Ada yang dulu suka jajan sembarangan, sekarang bisa bawa bekal sehat dari rumah.

Ternyata, membuat perubahan itu tidak harus besar. Mulai dari hal kecil, dari diri sendiri, dan dilakukan setiap hari. Dan yang paling penting, aku jadi lebih percaya diri, lebih semangat sekolah, dan lebih bahagia.

Mungkin bukan kertas itu yang ajaib, tapi aku yang membuatnya jadi ajaib.


0 Komentar